Puma Umumkan PHK 500 Karyawan, Saham Anjlok 23%

Perusahaan apparel olahraga asal Jerman, Puma (PUMG.DE), mengumumkan rencana Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap sekitar 500 karyawannya di seluruh dunia.

Langkah ini diambil sebagai dampak dari buruknya kinerja penjualan dan laba perusahaan pada triwulan terakhir 2024. Termasuk banyak faktor lain yang mempengaruhinya.

Menurut Kepala Keuangan Puma, Markus Neubrand, PHK harus dilakukan. Sejumlah toko mereka kini tidak lagi menghasilkan keuntungan yang cukup untuk menunjang kegiatan produksi perusahaan. “Ini menjadi keputusan yang sulit bagi perusahaan. Namun, harus tetap dilakukan,” katanya.

Markus Neubrand, menegaskan bahwa PHK karyawan juga didorong oleh lesunya pertumbuhan penjualan tahunan Puma, yang hanya naik 4,4% menjadi 8,82 miliar euro (US$9,62 miliar) pada 2024.

Buruknya kinerja tersebut langsung berdampak pada harga saham Puma, yang anjlok 23% ke level 21,90 euro. Penurunan ini menjadi yang terendah sejak November 2016.

Selain itu, Puma juga dihadapkan pada persaingan ketat dengan merek-merek besar seperti Adidas, Nike, serta pendatang baru seperti On Running dan Hoka, semakin menekan posisi Puma di pasar global. Di sisi lain, kondisi ekonomi yang tidak stabil di Amerika Serikat juga menjadi tantangan bagi perusahaan.

Menurut Kepala Eksekutif Puma, Arne Freundt, konsumen utama mereka di Amerika Serikat mengurangi belanja mereka. Semua itu karena ketidakpastian ekonomi saat ini.

“Di Februari memang buruk, tetapi Maret mulai menunjukkan sedikit perbaikan,” ujarnya dalam konferensi pers.

Meski harus mem-PHR ratusan karyawan, Puma menyatakan tetap optimistis. Puma masih yakin dengan strategi bisnis yang akan dijalankan di masa depan.

Manajemen menyatakan bahwa mereka masih menargetkan penjualan 4 juta hingga 6 juta pasang sepatu kets “Speedcat” sebagai bagian dari upaya meningkatkan performa perusahaan di tahun mendatang.***